Jurnal Energi - Tim Universitas Airlangga
(Unair) Surabaya mengembangkan biogas dan pupuk organik dari kotoran
sapi di sekitar kawasan Gunung Merapi di Dusun Tanjung, Desa Wukirsari,
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta.
"Biogas dan pupuk organik itu merupakan
pengembangan dari bantuan Unair dan IKA-UA (Ikatan Alumni Universitas
Airlangga) kepada warga terdampak bencana Merapi berupa Peternakan Sapi
Terpadu," kata Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Unair Prof Romziah Sidik
di Surabaya, Minggu, 13 Januari 2013.
Hasil itu diketahui saat rombongan Unair
yang dipimpin Warek I Prof Achmad Syahrani, melakukan kunjungan kerja
untuk mengevaluasi bantuan peternakan sapi terpadu bersama ketua LPPM
Unair Dr Djoko Agus Purwanto, dan Penasehat IKA-UA Mashariono beserta
pengurus lainnya ke desa itu, 12 Januari.
Didampingi koordinator komunikasi media
Unair, Nadhiroh, Prof Romziah menjelaskan, peternakan sapi terpadu
tersebut memang didesain untuk menghasilkan banyak produk, sehingga
warga dapat mengelola peternakan secara mandiri dan meningkatkan
penghasilan warga korban Merapi.
"Disebut terpadu, karena terdapat
saluran pembuangan kotoran yang langsung dialirkan ke sebuah penampungan
khusus untuk menghasilkan biogas dan pupuk cair, lalu sumur sebagai
sumber air untuk sapi, serta rumput di sekitar lokasi peternakan," tutur
dia.
Bukan hanya itu, Unair pun menggandeng
koperasi susu "Sarono Makmur" yang berlokasi tak jauh dari peternakan
untuk membina peternak dan menyalurkan susu perah hasil peternakan
terpadu tersebut. "Kami lega, alih teknologi yang kami perkenalkan
berupa biogas telah bisa dinikmati warga," kata Romziah.
Hal ini dibenarkan Kepala Dusun Tanjung,
Siti Aisyah, yang telah menikmati biogas untuk memasak. "Alhamdulillah,
kami dapat memanfaatkan biogas dari kotoran sapi di sini untuk
memasak," ujarnya sambil menyalakan api kompor gas, yang bersumber dari
biogas.
Selain memanfaatkan biogas, pupuk cair
(organik) yang dihasilkan juga telah dimanfaatkan warga desa untuk
menumbuhkan sawah mereka. "Pupuk cair ini biasanya digunakan warga untuk
menanam cabai, bawang merah dan tomat yang ada di sekitar sini," kata
Siti Aisyah.
Sementara itu, Penasehat IKA-UA
Mashariono mengaku, pembangunan peternakan terpadu dengan tabung biogas
di dalamnya memakan biaya yang tidak sedikit, yaitu Rp 125 juta. "Itu
belum termasuk sapinya," katanya.
Mashariono saat itu juga menyerahkan
bantuan untuk pembelian matras sebagai alas sapi itu menegaskan bahwa
dana tersebut merupakan hasil pengumpulan dana pada saat pertemuan
alumni tahun 2010 plus sumbangan dari Unair sendiri.
"Itu menunjukkan bukti bahwa Unair
selain peduli pada bencana lokal, juga peduli terhadap bencana nasional,
karena sebelumnya kami juga membantu penduduk sekitar Gunung Bromo
berupa pengembangan batik Bromo, ternak lele, dan budidaya jamur,"
tandas Mashariono.
Dalam kesempatan itu, Amin Muhtar dari Koperasi Sarono Makmur
mengatakan, sapi yang disumbangkan Unair telah menghasilkan susu
rata-rata 14 liter per sapi per hari. "Koperasi membeli susu dari
peternakan itu seharga Rp 3.000 per liter," pungkasnya.