Emiten batu bara, PT Indo Tambangraya Megah Tbk
menganggarkan investasi US$90 juta untuk perluasan kapasitas dua
terminal batu bara di Kalimantan Timur.
Direktur Indo PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) Edward Manurung mengatakan investasi tersebut diambil dari dana internal.
Dia
mengatakan dana tersebut digunakan untuk perluasan terminal batu bara
PT Indominco Mandiri di Bontang, Kaltim dengan nilai investasi
US$60-juta-US$70 juta.
Sisanya digunakan untuk perluasan terminal
batu bara PT Trubaindo Coal Mining di Muara Bunyut, Kutai Barat, Kaltim
dengan nilai investasi sekitar US$20 juta.
“Kami ada rencana memperluas coal terminal
yang di Bontang dari 20,5 juta ton menjadi 30 juta ton. Itu sekitar 2-3
tahun lagi selesai. Selain itu, di Bunyut dari 9 juta ton menjadi 15
juta ton, selesai sekitar 1-2 tahun lagi,” ujarnya di sela acara
Investor Day di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (1/5/2013).
Edward mengemukakan belum ada rencana akuisisi tambang batu bara yang akan dilakukan perseroan dalam waktu dekat,
Realisasi
produksi Kuartal I/2013,, ujarnya, akan segera dirilis. Untuk harga
jual rerata batu bara yang diperoleh perseroan sedikit lebih rendah
dari harga pada Kuartal IV/2012.
“Untuk Kuartal I/2013, target
produksi kami 6,7 juta ton. Sekadar gambaran, hasilnya lebih bagus dari
angka target produksii,” ujarnya.
Di sisi lain, Direktur Indo
Tambangraya Hartono Widjaja mengaku optimistis permintaan batu bara
dunia masih akan naik, sementara harganya saat ini melemah mengikuti
siklusnya.
Hartono menambahkan selain mengelola tambang batu
bara, perseroan juga mengkaji masuk ke bisnis pembangkit listrik
berbasis batu bara (PLTU).
Menurutnya, induk usaha perseroan yang
berbasis di Thailand, yakni Banpu Public Company Limited sudah lama
memiliki pengalaman di bisnis PLTU, selain berbisnis batu bara.
“Kami masih lihat peluangnya, belum ada business model yang fix,
belum sampai ikut tender PLTU PLN. Kalau jadi masuk, kami akan
bentuk entitas anak usaha sendiri yang mengurus PLTU,” ujarnya.