Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI) mengusulkan kepada pemerintah
untuk memberikan prioritas pengembangan energi laut Indonesia yang lebih
baik dalam jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Hal
ini disampaikan dalam Workshop Pengembangan Energi Laut ESDM di Jakarta, Rabu 30 November.
Jenis sumber energi laut yang dapat dimanfaatkan diantaranya energi arus laut, pasang surut, gelombang laut, panas laut, dan dari salinitas laut.
ASELI telah melakukan pendataan potensi energi di Indonesia pada 2011 ini. Arus pasang surut memiliki potensi teoritis sebesar 160 gigawatt (GW), potensi teknis 22,5 GW, dan potensi praktis 4,8 GW. Gelombang laut mempunyai potensi teoritis 510 GW, potensi teknis 2 GW, dan potensi praktis 1,2 GW. Serta panas laut memiliki potensi teoritis 57 GW, potensi teknis 52 GW, dan potensi praktis 43 GW.
"Prioritas jangka pendek berupa pemanfaatan energi arus dan gelombang untuk wilayah pesisir yang belum mendapat akses listik. Ini karena umumnya daerah tersebut membutuhkan kapasitas pembangkit listrik skala kecil," kata Mukhtasor, Ketua ASELI.
Untuk prioritas jangka menengah dan panjang, diperlukan pengembangan pilot project pemanfaatan energi panas laut dengan teknologi Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC). Selain untuk kebutuhan listik, ia memiliki fungsi yang bermacam-macam seperti perikanan tangkap, penyediaan air mineral dan tawar, penelitian, dan bahkan untuk wisata.
"Bila untuk membangkitkan 1 kWh dengan BBM dibutuhkan 20 hingga 25 sen USD, dengan energi laut biaya yang dibutuhkan hanya 7-18 sen USD," ujar Mukhtasor yang juga anggota Dewan Energi Nasional (DEN).
Jenis sumber energi laut yang dapat dimanfaatkan diantaranya energi arus laut, pasang surut, gelombang laut, panas laut, dan dari salinitas laut.
ASELI telah melakukan pendataan potensi energi di Indonesia pada 2011 ini. Arus pasang surut memiliki potensi teoritis sebesar 160 gigawatt (GW), potensi teknis 22,5 GW, dan potensi praktis 4,8 GW. Gelombang laut mempunyai potensi teoritis 510 GW, potensi teknis 2 GW, dan potensi praktis 1,2 GW. Serta panas laut memiliki potensi teoritis 57 GW, potensi teknis 52 GW, dan potensi praktis 43 GW.
"Prioritas jangka pendek berupa pemanfaatan energi arus dan gelombang untuk wilayah pesisir yang belum mendapat akses listik. Ini karena umumnya daerah tersebut membutuhkan kapasitas pembangkit listrik skala kecil," kata Mukhtasor, Ketua ASELI.
Untuk prioritas jangka menengah dan panjang, diperlukan pengembangan pilot project pemanfaatan energi panas laut dengan teknologi Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC). Selain untuk kebutuhan listik, ia memiliki fungsi yang bermacam-macam seperti perikanan tangkap, penyediaan air mineral dan tawar, penelitian, dan bahkan untuk wisata.
"Bila untuk membangkitkan 1 kWh dengan BBM dibutuhkan 20 hingga 25 sen USD, dengan energi laut biaya yang dibutuhkan hanya 7-18 sen USD," ujar Mukhtasor yang juga anggota Dewan Energi Nasional (DEN).