Pemerintah kota
Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) meminta agar di
provinsi tersebut segera dibangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
"Kalau tidak ada sentuhan
iptek, maka kemajuan bangsa tidak akan pernah terwujud. “Agar ada keputusan
nasional yang kuat untuk pelaksanaan pembangunan PLTN. Karena tanpa energi
tidak ada budaya,”kata Walikota Pangkalpinang Zulkarnain Karim.
Hal tersebut dikatakannya dalam
ceramah umum di hadapan jajaran Forum
Komunikasi Pimpinan Daerah Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Ballroom Hotel Aston Soll Marina Pangkal
Pinang.
Pada kesempatan yang sama,
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta menekankan jika
nantinya PLTN dibangun di Babel dirinya berharap masyarakat Babel jangan hanya
jadi penonton, tapi harus jadi pemain. “Seandainya nanti disini jadi dibangun
PLTN, maka saya ingin putra-putri Babel-lah yang menangani semuanya karena saya
yakin mereka bisa,” tegas dia.
Ceramah umum dengan tema
Pelaksanaan Program MP3EI dan Program Penguatan SIDA tersebut dibuka secara
resmi oleh Wakil Gubernur Provinsi Kepuluan Bangka Belitung Rustam Effendi,
dihadiri Sekda Provinsi Babel Imam Mardi, Walikota Pangkalpinang Zulkarnain
Karim, Bupati Belitung Darmansyah Husain, Danrem 045 Garuda Jaya Kolonel Inf
Didied Pramudito, dan Kepala BATAN Djarot Sulistio Wisnubroto.
Kepala BATAN Djarot Sulistio
Wisnubroto mengungkapkan Pemerintah sendiri sebenarnya memberikan dua kegiatan
utama terkait dengan rencana pembangunan PLTN. Pertama lakukan diseminasi dan
sosialisasi iptek nuklir, termasuk pemberian beasiswa kepada siswa-siswa yang
berasal dari BangkaBelitung. Kedua percepatan persiapan infrastruktur termasuk
studi tapak dan studi kelayakan. “Dua hal ini yang dilakukan. Itulah perintah
dari pemerintah untuk secara garis besar dilakukan oleh BATAN,” papar Djarot.
Alasan kenapa studi kelayakan
dilakukan di Pulau Bangka, sambungnya,bahwa Pulau Bangka daerahnya stabil,
tidak jauh dari daerah yang memang membutuhkan listrik, disamping Bangka
Belitung, Sumatera, dan Pulau Jawa. Sedangkan daerah stabil lainnya adalah
Kalimantan.
Menurutnya kita jangan sampai
terjebak kalau kita mengatakan bahwa Indonesia itu semuanya daerah gempa. Kita
semua hidup di ring of fire. “Padahal
sebenarnya tidak demikian. Jadi banyak daerah-daerah yang kita dapat dikatakan
daerah stabil. Itulah daerah yang kita studi lebih lanjut,” ujarya.
Studi Kelayakan yang dilakukan
direncanakan selama tiga tahun (2011-2013), namun di tahun kedua (2012),
setelah peristiwa kecelakaan Fukushima Jepang, BATAN banyak mendapatkan tekanan
untuk menghentikan kegiatan studi kelayakan di Pulau Bangka. Tetapi pemerintah
tetap komit bahwa studi kelayakan harus tetap dilakukan.
“Tapi ada pertanyaan menarik,
berapa sih sebenarnya jumlah korban jiwa dari kecelakaan nuklir Fukushima?,”
tanya Djarot kepada mahasiswa yang hadir dalam acara tersebut. “Nol. Jadi tidak
ada korban jiwa kecelakaan nuklir Fukushima. Yang ada adalah korban tsunami di
berbagai daerah di Jepang, baik yang meninggal maupun yang hilang,” pungkas
dia